Tau gak sih, kalau beberapa belahan dunia menganut konsep
waktu yang berbeda. Ada yang sangat menghargai waktu, dan ada juga yang teledor
sekali dengan penggunaan waktu.
Contohnya di negara kita, Indonesia. Waktu dianggap sebagai
sesuatu yang bisa kembali dan bisa
ditunda-tunda. Gak heran kalau kata 'waktu' di indonesia dijuliki 'jam
karet'. Jam-nya sih bukan karet. Tapi waktunya itu loh yang bisa melarrrrrr
abis! Melarnya bisa panjang banget, makanya disebut karet.
Baca Juga : 6 Kesalahan-Kesalahan Komunikasi Yang Sering Tidak Kita Sadari
Kenapa ya kok bisa begitu? Mungkin, akibat dari budaya kita
yang kurang menghargai waktu kali, ya?
Biar kita gak ‘membudidayakan’ jam karet, kita musti tahu
bahwa waktu menentukan hubungan antar manusia. Pola hidup manusia (dalam waktu)
dipengaruhi oleh budayanya. So, jangan bikin hubungan kita dengan orang lain
menjadi berantakan akibat kita yang gak paham budaya orang dalam menghargai
waktu.
Edward T. Hall membagi kebudayaan waktu menjadi dua tipe,
yaitu :
Pertama, Polikronik (P)
Konsep ini dianut oleh kebanyakan budaya timur ; Eropa
Selatan (Italia, Yunani, Spanyol, Portugal dan amerika Latin). Penganut waktu
ini tidak terlalu disiplin, dan memandang waktu sebagai putaran yang kembali
dan kembali lagi.
Nah, umumnya kita orang Indonesia tanpa sadar telah menjadi
penganut waktu polikronik. Kita suka membuang-buang waktu, mengulur-ulur waktu,
menunda dan sebagianya. Walhasil, kita sering tertinggal. Orang sudah
kemana-mana, kita masih disitu-situ saja.
Kedua, Monokronik (M)
Penganut waktu ini cenderung mengapresiasi waktu sebagai
perjalanan lurus dan tak pernah bisa kembali lagi. Maka dari itu, penganut
waktu monokronik terbiasa melakukan pekerjaan mereka dengan cepat. atau bahkan
megerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.
Negara yang menjadi contoh terbaik untuk menggambarkan
masyarakat penganut waktu monokronik adalah Inggris. Selain Inggris,
negara-negara maju di dunia juga banyak menerapkan konsep waktu monokronik.
Jika membuat janji dengan Penganut Monokronik, usahakanlah
datang lebih awal. Karena terlambat dalam hitungan menit saja sudah dianggap
mengecewakan, apalagi terlambat dalam hitungan jam!
Setelah mengetahui tipe-tipe budaya Manajemen waktu,
kira-kira sobat mau pakai yang mana? Pilihan sobat hari ini adalah masa depanmu
kelak, maka, pertimbangkanlah dengan matang!
No comments:
Post a Comment