J-Movie : Flying Colours (2015) |
Drama ini berkisah tentang Kudo Sayaka. Siswa kelas 2 SMA yang punya kemampuan akademik setara dengan anak kelas 4 SD.
Banyak
hal yang telah Sayaka lalui di sekolah lamanya, sehingga dia masuk ke sekolah
khusus perempuan yang memiliki jenjang hingga tingkat universitas.
Siswa yang bersekolah disana langsung bisa melanjutkan ke universitas milik yayasan tersebut tanpa harus berlajar keras untuk tes masuk perguruan tinggi. Kesempatan itu disalahgunakan oleh Sayaka dan teman-temannya. Mereka hanya bermain dan bersenang-senang. Bahkan ketika guru sedang mengajar di kelas.
Siswa yang bersekolah disana langsung bisa melanjutkan ke universitas milik yayasan tersebut tanpa harus berlajar keras untuk tes masuk perguruan tinggi. Kesempatan itu disalahgunakan oleh Sayaka dan teman-temannya. Mereka hanya bermain dan bersenang-senang. Bahkan ketika guru sedang mengajar di kelas.
Aku suka sama semua karakter orang-orang yang mendukung
Sayaka. Mereka benar-benar sesuatu! Sayaka beruntung punya orang-orang seperti
itu didalam hidupnya. Berikut adalah tokoh-tokohnya :
Tsubota sensei
Banyak nilai-nilai positif yang menginspirasi dari drama ini.
Terutama tokoh Tsubota sensei, menurutku sosok Tsubota sensei adalah
guru idaman setiap murid di dunia ini.
Pertama kali Tsubota sensei memberikan kuis untuk Sayaka. Dia
terkejut karena tidak satu pun jawabannya benar. Namun, yang lebih bikin aku
terkejut malah pujian Tsubota sensei untuk Sayaka. Dia memuji kesungguhan Sayaka
menjawab semua soal tanpa melewatkannya satu pun. Ternyata pujian memang dahsyat
ya? Sayaka terlihat sangat senang belajar dengan Tsubota sensei.
Meski selalu memuji kesungguhan Sayaka dalam belajar, namun
Tsubota sensei jujur mengatakan kemampuan akademik Sayaka setara dengan anak
kelas 4 SD. Sehingga Sayaka memahami kekurangannya dan semakin giat belajar berkat
dukungan Tsobota sensei yang selalu berpikiran positif.
Ibu sayaka
Sebagai Ibu dari tiga anak. Dia selalu mengayomi
anak-anaknya penuh kasih. Terutama kepada Sayaka dan Mayumi, dua anak
perempuannya yang diperlakukan berbeda oleh suaminya.
Sayaka kecil, selalu di bully di sekolah karena tidak pandai
bergaul. Dengan sabarnya, sang ibu selalu mendampingi sayaka dan mencari
solusi. Kenakalan sayaka di sekolah tidak dianggap hal yang memalukan oleh
ibunya. Dia selalu percaya bahwa Sayaka adalah anak yang baik. Membela Sayaka
selalu menjadi prioritasnya.
Ketika nilai prestasi Sayaka semakin buruk, ia memilihkan
tempat bimbel terbaik. Bahkan saat suaminya tidak mau membayar biaya bimbel
Sayaka, dia berkerja siang-malam untuk mencari uang. Pengorbanannya untuk
Sayaka tidak pernah berhenti. Meski Sayaka terlihat tidak ada harapan untuk
menjadi anak pintar.
Mayumi-chan
Tokoh Mayumi juga tidak kalah memukau. Adik bungsu Sayaka
yang masih SMP ini sangat baik. Pernah ketika dia sedang menonton film kartun
kesayangannya, tiba-tiba Sayaka mengganti chanel berita untuk tugas belajarnya
dari Tsubota Sensei. Dia mengalah dan tidak rewel. Bahkan ketika dia harus
ditinggal-tinngal oleh ibunya karena berkerja siang-malam untuk membiayai bimbel
Sayaka, dia juga mengatakan tidak keberatan.
Reiji Mori
Reiji-kun adalah murid baru ditempat bimbel Sayaka. Reiji menolak untuk belajar karena tidak mau kuliyah di kejaksaan seperti saran ayahnya. Sebelum ikut kelas bimbel, Reiji hanya bermain game sepanjang waktu. Namun karena melihat Sayaka yang sangat antusias belajar, dia juga ingin
seperti itu. perubahan Sayaka menginspirasi dirinya. Kesungguhan belajar Reiji-kun membuatnya menahan cinta. Dia menyukai Sayaka dalam diam.
Teman hang-out Sayaka
Sayaka punya teman akrab di sekolah. Teman-temannya sangat
menyenagkan. Tapi, ketika Sayaka terlihat belajar saat sedang karoke bersama. Mereka
merasa kasihan padanya. Mereka ingin Sayaka berhasil. Jadi, mereka memutuskan
untuk berhenti mengajak Sayaka bermain sampai dia lulus tes masuk perguruan
tinggi. Selama satu tahun Sayaka berjuang tanpa bermain-main. Selama itu juga
sahabatnya merindukannya. Pengorbanan sahabat yang sangat mengharukan, Ya?
Tokoh Utama,
Sayaka-chan
Meski dia tahu bahwa dirinya sangat bodoh, tetapi dia tidak
meyerah untuk mewujudkan mimpinya kuliyah di universitas Keio. Ia bahkan tidak
punya waktu untuk tidur dan bermain-main. Sayaka tiba-tiba menjadi sangat keren.
Bahkan teman-temannya ingin seperti Sayaka.
Bagian yang paling aku sukai adalah ketika Sayaka tertidur
di kelas karena kelelahan belajar sepanjang malam. Dia dimarahi guru killer. Sayaka
yang merasa direndahkan menyatakan tekadnya untuk masuk ke universitas Keio. Tentu
saja gagasannya ditertawai sang guru dan seisi kelas. Tapi Sayaka tetap
bersikeras. Mereka taruhan. Jika Sayaka tidak lulus, maka dia harus berkeliling
sekolah tanpa memakai baju. Dan sebaliknya jika Sayaka lulus, bapak guru killer
itu yang harus berkeliling sekolah tanpa baju. Tantangan yang menggelikan
bukan? Aku sampai tertawa melihat kekonyolan guru bodoh itu.
Ketika perayaan kelulusan. Sayaka dan teman-temannya mengabadikan moment
taruhan mereka dengan guru killer yang mengejek Sayaka. Mereka berfoto dengan
pose yang lucu. Guru killer tanpa baju, bukankah itu menggelikan?
No comments:
Post a Comment